Budaya Makanan - KUE KERANJANG


Kue Keranjang atau biasa disebut Nian Gao.  Nian Gao diartikan yakni kata ‘Nian‘ yang berarti tahun dan ‘Gao‘ berarti kue. Kata ‘Gao‘ juga dapat diartikan ‘tinggi’ jika diucapkan dengan nada intonasi yang berbeda. Oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Semakin tinggi ke atas maka semakin mengecil kue yang disusun, hal ini dimaksudkan untuk peningkatan rezeki.

Kue Keranjang juga biasa dikombinasikan dengan kue mangkok dibagian puncak sebagai simbol peningkatan rezeki dan kehidupan yang baik dan mekar selayaknya kue mangkok. Kue keranjang yang teksturnya lengket juga dipercaya sebagai simbol mempererat ikatan antara saudara, keluarga, dan teman.

Di beberapa daerah di Indonesia, kue keranjang juga sering disebut dodol cina. Disebut Kue keranjang karena mendapat nama dari bentuk wadah cetakannya yang berbentuk keranjang. 


Berdasarkan legenda di China, kue keranjang biasanya disajikan untuk sembahyang kepada Dewa Dapur sehingga Dewa Dapur sulit untuk berbicara ketika memakan kue yang lengket dan tidak dapat melaporkan hasil catatannya kepada Kaisar langit.


Cara membuat kue keranjang:
1. Tepung ketan dicampur terlebih dahulu dengan gula merah hingga menjadi satu,
2. Kemudian masukan santan agar menjadi cair baru, rebus sambil terus diaduk-aduk perlahan hingga mendidih dan berubah warna kecoklatan.
3. Siapkan cetakan, alasi dengan daun pisang atau plastik minyak.
4. Tuang adonan tadi kedalam cetakan, biarkan hingga dingin.
5. Bagian atas cetakan atau jangan dulu ditutup supaya bisa cepat dingin, setelah dingin baru tutup bagian atas tadi dengan daun pisang atau plastik minyak yang tersisa.
6. Kue keranjang sudah jadi dan siap disantap, bisa langsung di potong-potong dan dimakan.

Komentar

Postingan Populer